Sunday, October 11, 2015

#JokowiJKGameOver dalam Ruang Publik Virtual

Ruang publik (public sphere) adalah ruang di mana publik bertemu untuk mendiskusikan isu-isu tentang kehidupan bersama tanpa adanya tekanan. Ketika media massa tidak lagi menyediakan cukup ruang bagi publik untuk berdiskusi tetapi lebih banyak menyediakan ruang untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu, publik menggunakan internet sebagai ruang publik yang baru. Internet sebagai media interaktif memiliki lebih banyak opsi bagi masyarakat dalam menciptakan ruang-ruang publik, salah satunya melalui jejaring sosial Twitter.
Twitter sebagai ruang publik virtual (virtual public sphere) cepat menjadi populer karena penggunaannya yang sederhana namun dapat membuat isu cepat menyebar melalui penggunaan hashtag dan fitur trending topic. Trending topic menunjukkan hal-hal yang paling banyak dibicarakan pengguna Twitter pada saat itu, baik dalam skala dunia sampai di daerah-daerah tertentu saja. Sebagai negara yang menempati urutan ke-8 di dunia dalam jumlah pengguna internet[1] dan menyumbang 2% dari keseluruhan traffic Twitter[2], tidak jarang hal yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia masuk dalam trending topic dunia. Ketika muncul suatu isu yang menyangkut kehidupan bersama, masyarakat Indonesia cepat merespon dengan menyatakan pendapatnya melalui Twitter, tidak lupa beserta hashtag yang berkaitan dengan isu tersebut. Isu politik tampaknya menjadi salah satu isu yang sering menjadi trending topic di Indonesia, seperti kritik terhadap pemerintah. Berdasarkan pengamatan, kritik terhadap pemerintah banyak disampaikan oleh opinion leader (biasanya memiliki pengikut cukup banyak) yang kemudian ditanggapi oleh para pengikutnya sehingga cepat menyebar dan menjadi trending topic.
Pada tanggal 6 Oktober 2015 lalu, #JokowiJKGameOver sangat ramai dibicarakan di Twitter sampai menduduki peringkat pertama trending topic di Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan bencana asap yang selalu melanda Riau dan sekitarnya setiap tahun dan berlangsung semakin parah tahun ini, sampai menimbulkan korban jiwa dan banyak warga menderita penyakit saluran pernapasan. Bencana asap tersebut dapat banyak dilihat melalui #melawanasap yang telah lebih dulu menjadi trending topic di Indonesia. Bukan kali pertama pemerintahan Jokowi-JK mendapat kritik dan masuk dalam daftar trending topic di Indonesia. ‘Presiden Jokowi Makin Mendunia[3]’ dan ‘#JokowiSalahTeken[4]’ adalah contoh lain yang berkaitan dengan pernyataan Presiden terkait kenaikan tunjangan uang muka pembelian mobil bagi pejabat dan revisi PP BPJS Ketenagakerjaan.


Kicauan di Twitter yang menggunakan #JokowiJKGameOver berisi protes, kekecewaan, dan hujatan masyarakat di wilayah bencana asap, termasuk para aktivis yang peduli dan menyayangkan kinerja pemerintah yang sangat lambat dalam menangani darurat bencana. Dalam penelusuran terlihat juga beberapa akun anti-pemerintah yang memang banyak memberikan kritik-kritik pedas dan cenderung selalu kontra terhadap pemerintahan Jokowi-JK, seperti akun @Jokowih_do2 yang memiliki pengikut lebih dari 11.000 orang[5]. Berkat akun-akun semacam ini, #JokowiJKGameOver semakin banyak dibicarakan sampai merembet pada hal-hal lain, diantaranya melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika dan isu pemutusan hubungan kerja (PHK). Tidak hanya di Twitter saja, #JokowiJKGameOver juga sempat menjadi perbincangan di jejaring sosial Facebook.


 



Apabila dihubungkan dengan konsep ruang publik, kasus #JokowiJKGameOver adalah salah satu contoh kesalahan dalam penggunaan ruang publik. Kesalahan utama dalam penggunaan ruang publik (termasuk ruang publik virtual) adalah masyarakat memakai ruang publik tanpa memikirkan aspek untuk kepentingan bersama. Hal ini kemudian mengakibatkan masalah-masalah muncul dalam ruang publik. Alan McKee memetakan setidaknya terdapat lima masalah ruang publik, yaitu trivialization, commercialization, spectacle, fragmentation, dan apathy[6]. Konsep-konsep ini juga berlaku di Twitter sebagai ruang publik virtual.
Berdasarkan lima masalah ruang publik yang dipetakan oleh McKee, #JokowiJKGameOver berkembang menjadi masalah spectacle dan fragmentation. Spectacle merupakan masalah di mana masyarakat yang menjadi pengakses informasi lebih menjadi pasif dan tidak berupaya mewujudkan informasi dalam konteks riil. Kemudian fragmentation atau fragmentasi adalah masalah yang muncul di mana ruang publik yang menyatukan kelompok-kelompok masyarakat disisi lain juga memecah. Ruang publik (terutama media) tidak memiliki prinsip-prinsip yang jelas sehingga masyarakat di dalam ruang publik menjadi semakin terfragmentasi atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok.
Masalah spectacle adalah ketika suatu isu tidak memiliki argumen rasional di dalamnya tetapi pemberitaannya dibuat menjadi heboh. Dalam kasus #JokowiJKGameOver, kehebohan ditimbulkan oleh akun anti-pemerintah. Masyarakat turut ambil bagian dalam mengembangkan #JokowiJKGameOver baik melalui tweet maupun sekedar melakukan retweet dari akun pengguna lain. Isu yang berkembang di ruang publik berpengaruh pada terbentuknya opini publik. Apabila isu yang tidak memiliki argumen rasional diberitakan atau diperbincangkan secara heboh dan berlebihan seperti kecenderungan kasus ini, sangat memungkinkan terbentuknya opini publik yang tidak tepat. Opini publik yang tidak tepat dapat mengganggu atau bahkan merugikan pihak-pihak tertentu, dalam hal ini adalah menjatuhkan pemerintah dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Memang hashtag tersebut berkembang karena bencana asap yang melanda Riau dan sekitarnya, namun dalam perkembangannya banyak yang memanfaatkan #JokowiJKGameOver untuk mencari-cari dan membesarkan permasalahan lain dari pemerintahan Jokowi-JK.



Kemudian masalah ruang publik yang terfragmentasi atau terpecah menjadi kelompok-kelompok juga terlihat dalam kasus #JokowiJKGameOver. Seharusnya, ruang publik yang sehat adalah ruang di mana tidak ada dominasi satu kelompok terhadap yang lain. Namun demikian, perkembangan hashtag tersebut menunjukkan setidaknya dua kelompok, yaitu kelompok yang pro-pemerintah dan kontra-pemerintah. Kelompok yang terlihat mendominasi saat itu adalah kelompok kontra-pemerintah.
Ruang publik pada dasarnya menghasilkan warga yang terlibat secara aktif terhadap informasi atau isu-isu yang berkembang di ruang publik. Akan tetapi, karena kurang memahami fungsinya dengan baik, ruang publik malah menciptakan warga yang kurang peduli dengan informasi atau isu-isu tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa arus informasi sangat cepat dalam ruang publik virtual Twitter sehingga isu-isu di dalamnya juga cepat berganti. Permasalahan dalam ruang publik virtual Twitter muncul dari informasi yang ada di ruang publik yang hanya dilihat sepintas saja tanpa mendetail, sehingga diskusi yang terjadi di ruang publik tidak dapat terjalin dengan baik, bersifat dangkal atau tidak mendalam, serta sulit mencapai keputusan yang terbaik demi kepentingan bersama.

Saturday, December 15, 2012

Kecantikan Alami Pantai Padang-padang #bridgingcourse15bonus #feature

Kendaraan pribadi beroda empat melaju dengan kecepatan sedang di jalanan berbukit. Kondisi jalan tampak lengang, tidak seperti di Kuta. Pemandangan pepohonan kapuk terdapat di sepanjang jalan beraspal menuju Pantai Padang-padang.
Pulau Bali sudah lama menjadi destinasi wisata favorit para wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik. Bali terkenal sebagai pulau tropis yang kaya dengan pantai-pantai eksotis. Pantai yang terkenal dan banyak dikunjungi antara lain Pantai Kuta, Pantai Sanur, dan Pantai Nusa Dua. Sayangnya, masih banyak pantai dengan kecantikan alami yang belum banyak diketahui para wisatawan seperti pantai Padang-padang.
Pantai Padang-padang terletak di Jalan Labuhan Sait, Desa Pecatu. Pantai ini merupakan salah satu pantai di kawasan Uluwatu. Pantai Dreamland merupakan contoh pantai lain dalam kawasan tersebut. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Bandara Ngurah Rai  Bali untuk mencapai Pantai Padang-padang menggunakan mobil.
Waktu menunjukkan pukul setengah empat sore sesampainya di area parkir yang luas. Langit terlihat sangat cerah dengan sedikit awan. Kesejukan dari angin laut langsung terasa. Namun, rasa penasaran dan tak sabar muncul lantaran area pantai Padang-padang belum terlihat. Pantai ini terkesan seperti pantai yang tersembunyi.
Untuk menuju area Pantai Padang-padang, dibutuhkan sedikit berjalan kaki dari area parkir. Terdapat pura khas Bali di jalan masuk menuju pantai. Uniknya, pengunjung pantai harus menuruni tangga sempit yang dibuat diantara dua tebing dan hanya muat satu orang saja.
Menapaki anak tangga terakhir, area pantai dapat terlihat dengan sangat jelas. Angin laut yang sejuk menerpa wajah. Hamparan pasir putih dan air laut yang jernih tampak berwarna biru kehijauan berada di depan mata. Terdengar suara gulungan ombak. Tebing batu karang dengan tanaman rimbun mengelilingi pantai Padang-padang yang tidak terlalu luas, sehingga pantai tersebut terkesan tersembunyi dan private. Selain itu juga terdapat banyak bebatuan besar. Hal-hal tersebut menghasilkan sebuah kombinasi yang memancarkan pesona kecantikan alami pantai Padang-padang.
Sejauh mata memandang, terlihat banyak turis asing sedang berjemur dengan santai beralaskan kain bali dan beberapa penjual dengan barang dagangannya di pinggir pantai. Beberapa turis asing hanya bersantai dibawah payung pantai sambil membaca buku atau menikmati jasa pijat yang ditawarkan oleh penduduk setempat. Wisatawan lain terlihat berenang di laut, duduk di kafe pinggir pantai, atau hanya berjalan-jalan di pinggir pantai.
Pengunjung Pantai Padang-padang masih tergolong sedikit karena belum banyak wisatawan yang mengetahui keberadaan pantai tersebut, sehingga pantai masih sepi, bersih, dan terjaga kealamiannya. Mayoritas pengunjung adalah wisatawan mancanegara. Menurut seorang tour guide, turis asing sengaja mencari pantai yang masih sepi pengunjung karena menurut mereka Pantai Kuta sudah terlalu ramai dan tidak nyaman.
Pantai Padang-padang mulai banyak diketahui orang sejak dipakai sebagai tempat shooting film Hollywood ‘Eat Pray Love’ yang diperankan oleh aktris ternama Julia Roberts. Selain itu, Pantai Padang-padang juga sering dijadikan tempat foto pre-wedding karena kecantikan alami pantainya dan terkadang menjadi tempat perlombaan surfing.
      Supaya lebih puas, sebelum meninggalkan tempat wisatawan dapat melihat dan menikmati keseluruhan pemandangan Pantai Padang-padang dari jembatan dekat area parkir, serta mengabadikan foto disana.
           Diharapkan keberadaan Pantai Padang-padang dapat menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara sehingga pariwisata di Bali semakin maju, dan yang paling penting adalah kebersihan serta kecantikan alami pantai Padang-padang dapat tetap terjaga.

Saturday, December 8, 2012

Pentingnya Pendidikan Multikultural Di Indonesia #bridgingcourse14

Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau sehingga disebut negara kepulauan. Kondisi pulau yang saling terpisah mengakibatkan adanya isolasi geografis. Isolasi geografis menyebabkan pulau-pulau di Indonesia memiliki kultur berbeda-beda. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara multikultural terbesar di dunia dengan beragam suku bangsa, ras, bahasa, adat istiadat, dan kepercayaan.
Menurut Direktur Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Dermawan dalam, Indonesia memiliki 13.847 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke (Daeng, 2011). Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa yang mendiami pulau-pulau tersebut. Hal tersebut menciptakan masyarakat multikultural.
Keragaman kultur berdampak positif bagi bangsa Indonesia sebagai kekayaan dan kebanggaan bangsa. Namun, keragaman tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pula, seperti perang antarsuku dan konflik antarumat beragama yang banyak terjadi di Indonesia. Diperlukan strategi khusus untuk memecahkan dan mencegah berbagai persoalan dalam masyarakat multikultural, salah satunya adalah melalui pendidikan multikultural.
Multikultural berasal dari dua kata, multi dan kultural. Multi berarti banyak atau beragam, sedangkan kultur berarti kebudayaan. Secara sederhana, multikultural diartikan sebagai banyak kebudayaan atau beragam kebudayaan. Waluya (2007:105) mengartikan masyarakat multikultural sebagai masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan.
Pendidikan memiliki peran strategis sebagai wahana dan agen perubahan bagi masyarakat. Itulah sebabnya pendidikan menjadi salah satu bidang penting dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Suparno dkk. (2002:80) mengatakan, "Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang membuat dan menciptakan situasi sekolah dan kegiatannya sehingga semua siswa dari berbagai suku, ras, budaya, dan keadaan mendapat kesempatan belajar dengan baik”. Sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk mempelajari berbagai mata pelajaran, namun sekaligus menjadi tempat untuk menumbuhkan sikap terbuka terhadap keragaman budaya dalam proses pembelajarannya. Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu bangsa. Secara luas, pendidikan multikultural mengajarkan untuk tidak membeda-bedakan kelompok seperti gender, suku bangsa, ras, budaya, strata sosial dan agama.
Pendidikan multikultural sebaiknya diterapkan sejak dini dan terus dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan banyak sekali hal-hal baru yang terus muncul dari budaya masyarakat yang senantiasa berkembang, sehingga pendidikan multikultural tidak bisa dihentikan begitu saja pada tahap tertentu melainkan harus terus-menerus dikembangkan dan diresapi oleh masyarakat dalam kehidupannya.
Pendidikan multikultural hendaknya tidak hanya diajarkan di dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun juga diajarkan di dalam pendidikan informal maupun nonformal.  Pada awalnya, pendidikan multikultural dimulai dari keluarga sebagai pendidikan informal. Keluarga, khususnya orang tua harus mengajarkan dan  menanamkan sikap terbuka, saling mengargai, menghormati, dan peduli pada anaknya.  Pendidikan multikultural kemudian diteruskan di dunia pendidikan formal maupun nonformal, dan terus diiringi dengan pendidikan informal. Misalnya di perguruan tinggi, dari segi substansi pendidikan multikultural ini dapat dinitegrasikan dalam kurikulum yang memiliki perspektif multikultural, seperti melalui mata kuliah pancasila dan kewarganegaraan.
Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Dalam perkembangannya, keragaman tersebut tidak dimanfaatkan sebagai sarana pemersatu bangsa sehingga menyebabkan berbagai masalah sosial yang sukar ditangani di Indonesia, seperti KKN, separatisme, kemiskinan dan berbagai permasalahan sosial lainnya yang kompleks. Permasalahan tersebut timbul sebagai akibat sikap eksklusif masyarakat yang sudah melekat pada diri mereka. Dalam hal ini, sikap eksklusif masyarakat ini mencerminkan sikap tertutup terhadap keragaman yang ada. Untuk memahami keragaman yang ada, dibutuhkan pendidikan multikultural. Maka dipandang sangat penting untuk memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Menurut The United Nations Development Program (UNDP), Indonesia berada pada peringkat 124 dari 187 negara yang disurvei di dunia dari segi indeks pembangunan manusia (Maulia, 2011).  Ini sangat disayangkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia melimpah, begitu juga dengan Sumber Daya Alamnya. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya konflik yang terjadi dalam masyarakat multikultural.
Sesungguhnya keragaman di Indonesia merupakan kekayaan terbesar bangsa kita yang dapat digunakan sebagai alat pemersatu bangsa, dan bukan sebagai penghambat dalam kehidupan bermasyarakat. Dibutuhkan kesadaran untuk saling menghargai, saling melengkapi, toleransi, dan saling terbuka dalam keragaman yang ada melalui pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural itu sendiri sangat penting disosialisasikan dan diterapkan pada bangsa kita, agar kita dapat saling mengerti, memahami, dan saling menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Pendidikan multikultural juga penting agar masyarakat dalam kehidupannya dapat  memikirkan, membicarakan, dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai. Dengan begitu, dalam perkembangannya multikulturalisme dapat menjadi kebanggaan bangsa dan bukan sebagai jurang pemisah diantara masyarakat. Hal tersebut juga dapat menjadi jembatan untuk saling melengkapi satu-sama lain.
Sikap terbuka dalam kehidupan bermasyarakat nantinya dapat menciptakan kualitas SDM yang lebih baik dari sebelumnya dan mampu bersaing secara global. Adanya sikap terbuka dan saling menghargai keragaman akan menghilangkan sekat-sekat atau batasan-batasan yang ada di masyarakat. Dengan tidak adanya sekat-sekat maka masyarakat akan lebih mudah bertukar pandangan, pikiran, pendapat yang membantu masyarakat Indonesia untuk dapat saling melengkapi. Bayangkan saja jika masyarakat saling tertutup, maka masyarakat hanya akan mengutamakan kepentingan dan pandangannya sendiri yang tentu akan membuatnya sulit untuk berkembang mengikuti arus global. Dengan begitu maka akan banyak hal positif yang dapat diserap sehingga dapat terjadi peningkatan kualitas SDM.
Apabila masyarakat sudah menerima keragaman yang ada, kemudahan dalam berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lain akan lebih mudah. Sebab, dengan adanya penerimaan masyarakat akan kecil kemungkinan terjadi konflik sosial seperti perang antarsuku atau kerusuhan antarumat beragama, karena masyarakat telah memahami keragaman yang ada pada bangsa kita.
Kemungkinan besar sikap etnosentrisme, primordialisme, paternalistis dan prasangka juga akan hilang dan digantikan dengan sikap menjunjung tinggi hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan toleransi. Sikap-sikap yang demikian akan membuat SDM yang ada di Indonesia semakin berkualitas. Keadilan pun tercipta sehingga SDM yang ada di Indonesia dapat bersaing secara sehat dan tidak kalah bersaing dengan SDM yang ada di luar Indonesia. Pada akhirnya, SDM di Indonesia mampu bersaing secara global.


Daftar Pustaka

Daeng, Mohamad Final. 2011. “Indonesia Daftarkan 13.487 Pulau ke PBB”.  Dalam Kompas, 1 November 2011. Jakarta. 
Maulia, Erwida. 2011. “Indonesia Ranks 124th in 2011 Human Development Index”. Dalam The Jakarta Post, 2 November 2011. Jakarta.
Suparno, Paul dkk. 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Kanisius.
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.