Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya sudah mulai memikirkan apa jurusan yang akan saya ambil ketika lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) nanti. Berlatar belakang kekaguman terhadap ayah saya yang seorang akuntan dan kesukaan saya akan mata pelajaran akuntansi yang diberikan sejak SMP, akuntansi merupakan pilihan utama saya. Tidak pernah terpikir oleh saya untuk melihat jurusan lain dan saya sudah memantapkan hati sejak awal. Berbekal kemantapan hati, praktis saya memilih IPS sebagai penjurusan saya di kelas XI SMA. Pemikiran lain saya adalah jika saya tidak terlalu menyukai pelajaran fisika dan biologi, lalu mengapa saya harus berjuang di IPA apabila akhirnya akan berkuliah di jurusan akuntansi.
Sejak mulai bersekolah, saya
terbiasa bersekolah di sekolah swasta. Ketika lulus SMP, saya ingin masuk di
sekolah negeri. Namun, saya tidak memiliki banyak kesempatan karena sekolah
negeri lebih memprioritaskan murid yang berdomisili di kota Jogjakarta
sedangkan ketika itu kartu C1 keluarga saya beralamat di Klaten. Hal ini
mendorong saya untuk berprestasi di bangku SMA sehingga nantinya saya mampu
masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di Jogja yaitu Universitas
Gadjah Mada (UGM).
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 66/2010 tentang “Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 17/2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
34/2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan
Tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah” menyebutkan bahwa pola penerimaan
mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi melalui pola seleksi
secara nasional dilakukan oleh seluruh perguruan tinggi negeri secara bersama
untuk diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruh Indonesia. Seleksi ini
dilaksanakan melalui jalur undangan dan jalur tertulis. Berbekal pengetahuan
tersebut, saya mulai berusaha di kelas XI SMA untuk memperbaiki nilai-nilai
saya yang hancur di kelas X. Hal ini bertujuan agar saya bisa mendapatkan
undangan dari sekolah.
Usaha baik saya di kelas XI dan XII semester pertama berhasil.
Saya mampu menjadi siswa berprestasi dan mempertahankan nilai serta peringkat
saya di sekolah. Undangan pun saya dapatkan. Tanpa ragu-ragu, saya langsung
mengisikan S1 Akuntansi Universitas Gadjah Mada pada pilihan pertama dan
mengosongkan piilihan kedua. Saya menyadari bahwa prodi S1 Akuntansi UGM adalah
salah satu jurusan terfavorit, namun saya tetap optimis karena jika gagal saya
masih memiliki kesempatan di ujian tertulis.
Kegagalan lolos jalur undangan pada akhirnya saya dapatkan, namun
saya telah mendaftar untuk jalur tertulis. Kali ini saya benar-benar berpikir
keras untuk menggali dan menemukan minat lain yang ada di dalam diri saya.
Dengan yakin dan mantap saya mengisikan Ilmu Komunikasi UGM pada pilihan kedua.
Hal ini didasarkan pada ketertarikan saya akan pekerjaan sebagai public relation. Perusahaan keluarga
saya pun sepertinya membutuhkan profesi yang dapat membuat branding perusahaan. Selain itu, saya tidak ingin membuang
kesempatan untuk berkuliah di PTN favorit di Indonesia.
Pada hari
pengumuman, rasa kaget, kecewa, tidak percaya, dan senang saya dapatkan karena
saya diterima di S1 Ilmu Komunikasi UGM. Kaget dan kecewa karena saya masih
saja tidak diterima di pilihan pertama saya. Di lain pihak, saya juga merasa
tidak percaya dan senang karena diterima di PTN terbaik di Indonesia
(Webometrics, 2012). Lalu saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa memang itu
bukan jalan saya. Orang tua saya pun sangat mendukung dan memotivasi saya agar
saya dapat bangkit lagi. Saya merasa bahagia dapat membuat kedua orang tua saya
bangga karena cita-cita saya dan orang tua dapat tercapai.
Hal paling
penting saya dapatkan adalah bahwa segala sesuatu yang telah kita rencanakan
tidak akan terjadi apabila Tuhan tidak menghendaki. Namun, Tuhan selalu
mempunyai rencana lain yang lebih baik dari rencana kita. Semoga komunikasi memang
jalan terbaik untuk saya. Itulah harapan terbesar saya saat ini.
Referensi
No comments:
Post a Comment